Komite Sekolah Bisa Dilibatkan dari Perencanaan, Pelaksanaan dan Monev PPK

PERAN Komite Sekolah berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 disebutkan bahwa “Komite Sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.”

Sedangkan pada Pasal 2 ayat (2) Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 disebutkan “Komite Sekolah berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan”.

Dilihat dari sisi keanggotaan, Komite Sekolah keanggotaannya berasal dari perwakilan orang tua paling banyak 50%,
pakar pendidikan paling banyak 30%, dan tokoh masyarakat paling banyak 30%.

Mengingat pentingnya peran Komite Sekolah maka mereka bisa terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring kegiatan di sekolah khususnya dalam peningkatan program pendidikan karakter (PPK).

Pada tahap perencanaan, komite sekolah bersama dengan sekolah dapat menyusun rencana berbagai program PPK yang bisa dilakukan oleh sekolah.

Sedangkan pada tahap pelaksanaan, komite sekolah dapat berpartisipasi sebagai koordinator, pelaku atau narasumber kegiatan PPK, misalnya dengan mengadakan kelas inspirasi, yaitu mengundang alumni untuk berbagi kisah sukses mereka agar menjadi motivasi bagi adik-adik kelasnya, mengoordinir peringatan hari-hari besar nasional dan hari besar keagamaan, mengoordinir penataan sarana, prasarana, dan lingkungan sekolah, mengoordinir pengumpulan sumbangan untuk korban bencana alam, dan sebagainya.

Pada tahap monitoring dan evaluasi (monev), komite sekolah bersama dengan pihak sekolah melakukan monev sejauh mana ketercapaian pelaksaaan program. Apakah sudah tercapai atau belum? Apa kekurangannya? Apa hal yang perlu diperbaiki? Apa tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas implementasi PPK di sekolah? dan sebagainya.

Berdasarkan hasil kuesioner dari Kepala Sekolah, Guru dan Disdik, kondisi SD dan SMP yang disurvey di Jawa Barat memiliki kondisi yang mendukung dalam mengimplementasikan PPK di sekolah, sehingga sekolah membutuhkan program PPK yang mengarahkan siswa dan warga sekolah lainnya agar memiliki karakter dan bertumbuh disiplin waktu, hidup bersih, baik di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah .

Berdasarkan hasil kuesioner dari Kepala Sekolah, Guru dan Disdik, iklim sekolah di SD dan SMP di Jawa Barat memiliki potensi lingkungan sosial yang dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter serta nilai-nilai kearifan lokal seperti contoh silih asah, silih asuh, silih asih, silih wawangi sesuai dengan program yang sedang digalakkan pemerintah daerah Jawa Barat.

Oleh karena itu sekolah membutuhkan program PPK baik PPK dalam Jabar Masagi maupun yang sedang dikembangkan Pusat yang disesuaikan dengan potensi yang dimiliki sekolah selaras visi misinya

Berdasarkan hasil kuesioner dari Kepala Sekolah, Guru dan Disdik, hasil observasi dan wawancara dengan Kepala Sekolah, kebutuhan warga sekolah di jenjang SD dan SMP dari sekolah yang disurvey menunjukkan warga sekolah merasa memiliki keinginan/karakter dan kondisi lebih baik yang relevan dengan visi misi, kekhasan sekolah dan lingkungan sosial daerah di Jawa
Barat antara lain nilai-nilai sebagai berikut: :
Nilai budaya Sunda
Ekstrakurikuler Basa Sunda
Pembiasaan berbahasa Sunda, di hari-hari tertentu
Gotong royong

Program yang dibutuhkan berupa program yang dapat menumbuhkan dan membentuk karakter yang akhlaqul kharimah.

Dukungan yang diperoleh dari pemangku kepentingan antara lain:
Program sekolah sehat
Program sekolah ramah anak dan bencana
Program sekolah berbasis lingkungan
Program sekolah berbudaya mutu
Program literasi
Program keagamaan seperti: ceramah keagamaan dari MUI tiap pekan.
Program integrasi kegiatan Diniyah (sakolah agama) dengan sekolah

Sedangkan sumber biaya untuk program pengembangan dan pembentukan karakter/ PPK antara lain :
Pemerintah Pusat (Kemdikbud)
Dinas Pendidikan
Orang tua/ masyarakat

Sekolah-sekolah di Jawa Barat, umumnya membutuhkan program-program penguatan karakter (PPK), antara lain:
Sosialisasi dan pendampingan Program Jabar Masagi
Pelatihan bagi Pengawas/ Kepsek/ Guru mengenai pembiasaan dalam menumbuhkan karakter (PPK) Jabar Masagi
Pendampingan dalam mengimplementasikan PPK Jabar Masagi di setiap sekolah
Pendampingan dalam mengembangkan budaya daerah (Sunda)
Pelibatan orang tua dan masyarakat dalam setiap program sekolah
Kerjasama dengan kementerian agama untuk membina akhlaq siswa

Hasil Evaluasi Program PPK Jenjang SD

  • Dari sasaran 72 sekolah piloting PPK dengan responden Tim assistensi PPK kabupaten/kota dengan pelaksana para Pengawas/Pembina diberi Instrumen angket yang mana sasaran respondennya para kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan siswa.
  • Instrumen wawancara : diberikan kepada responden tim assistensi PPK kabupaten/kota, pengawas pembina, dan komite/ orang tua siswa
  • Instrumen observasi (digunakan sebagai alat konfirmasi dari jawaban-jawaban responden)
  • Rekap Hasil WawancaraIdentifikasi potensi lingkungan sosial budaya (gotong royong, agamis, seni, agraris, dan sejenisnya) di luar sekolah yang mendukung PPK. Lingkungan sekolah sebagian besar berada pada lingkungan agamis yang kuat serta budaya gotong royong yang masih melekat. Namun agama dan budaya gotong royong belum bisa dijadikan pendukung pada PPK.
  • Potensi SDM (seniman, ulama, tokoh adat, wirausahawan, dan sejenisnya) yang ada di lingkungan sekolah. Ulama dan tokoh adat serta wira usaha memiliki potensi besar untuk dijadikan pendukung PPK
  • Identifikasi pesan-pesan moral, kearifan lokal dan sejenisnya yang ada di masyarakat yang mendukung implementasi PPK. Kearifan lokal sangat potensial mendukung program PPK, tetapi semua itu akan bergantung pada visi dan misi sekolah dalam menjalankan program-programnya dan bersinergi dengan lingkungannya
  • Identifikasi dukungan para pemangku kepentingan (dunia usaha/dunia industri, pemerintah daerah, lembaga keagamaan, dan komunitas lainnya) terhadap implementasi PPK. Dukungan dalam Implementasi PPK baru berada di tangan pemerintah dan lembaga keagamaan
  • Identifikasi potensi sumber pembiayaan (finansial, tenaga, sarana, bahan, dan lain-lain) dari masyarakat. Jika dikelola dengan baik partisipasi masyarakat bisa dijadikan stakeholder yang potensial .

Hasil Observasi Lingkungan

  1. Sekolah menyediakan ekstrakurikuler untuk menampung bakat dan minat siswa. Sebagian besar sekolah piloting PPK melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler berupa pramuka, dokter kecil, degung, menari, menyanyi, pantonim, polisi cilik, membatik, angklung dan futsal
  2. Siswa mengetahui apa yang disebut dengan Program PPK (Penguatan Pendidikan Karakter). Sebagian besar peserta didik yang menjadi piloting PPK mengetahui program PPK yang ditunjukkan dengan hafalnya Mars PPK dan tepuk PPK
  3. Sekolah memiliki peraturan/tata tertib bagi seluruh warga
    Sekolah peraturan dan tata tertib sekolah di tempel di setiap kelas. Setiap pelanggaran mendapatkan sanksi yang tegas dan adil. Setiap pelanggaran mendapatkan sanksi berdasar jenis pelanggaran yang dilakukan peserta didik.
  4. Siswa yang berprestasi mendapatkan penghargaan dari sekolah. Peserta didik yang berprestasi dalam perlombaan di tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi mendapatkan penghargaan berupa beasiswa. Sementara peserta didik yang berprestasi dalam bidang akademik mendapatkan penghargaan berupa tropi atau piala.
  5. Budaya mencontek di dalam kelas, hampir sebagian besar sekolah yang menjadi piloting PPK menyatakan tidak ada budaya menyontek di sekolah
  6. Guru memberikan layanan bagi siswa yang berkebutuhan khusus. Siswa yang berkebutuhan khusus mendapat pelayanan khusus dari guru berupa bimbingan dan konseling
  7. Sekolah memiliki program yang mengembangkan potensi fisik, potensi akal, potensi rasa (seni) dan hati secara seimbang. Pengembangan potesi fisik berupa karate, renang dan futsal.
  8. Pengembangan potensi akal berupa bimbingan belajar baik matematika, IPA, atau yang lainnya. Pengembangan rasa (seni) mealui kegiatan degung, nyanyi, pantonim dan lainnya.
  9. Proses pembelajaran juga dilakukan di luar kelas di lingkungan sekolah (Perpustakaan, taman, museum, dsb). Kegiatan belajar mengajar memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
  10. Sekolah memiliki program unggulan yang dilaksanakan di dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas secara rutin. Program-program unggulan diantaranya:
    Sholat dhuha berjamaah
    Literasi
    Marathon
    Kantin sehat dan
    GPS (Gerakan Pungut Sampah)
  11. Sekolah memiliki kegiatan pembiasaan yang rutin dilaksanakan (misalnya gerakan sholat dhuha, memungut sampah sebelum kelas dimulai, dsb). Semua guru yang membina kegiatan ekstrakulikuler harus membuat program ekstrakulikuler
  12. Sekolah memiliki program ekstrakulikuler. Program ekstrakurikuler dimiliki oleh masing-masng sekolah yang menjadi piloting PPK
  13. Guru mengaitkan isi materi pembelajaran dengan persoalan kehidupan sehari-hari. Guru senantiasa mengaitkan materi pembelajaran dengan persoalan kehidupan sehari-hari
  14. Guru memberi siswa keterampilan sesuai dengan lingkungan sekitar. (Misalnya: Keterampilan membuat jaring ikan, bagi siswa di lingkungan nelayan. Keterampilan bahasa inggris, bagi siswa di lingkungan wisata untuk menjadi pemandu wisata, dsb). Guru senantiasa memberikan bekal pada siswa sesuai dengan lingkungannya. Misalnya: membatik, membuat jala ikan, dan yang lainnya.
  15. Sekolah sering mendatangkan pihak-pihak luar untuk meningkatkan kegiatan sekolah (Misalnya mendatangkan tokoh ulama sekitar untuk perayaan hari besar, mendatangkan tokoh kesenian budaya setempat, dsb). Mendatangkan ulama (ustadz) dalam peringatan hari besar Islam
  16. Orangtua siswa dilibatkan dalam program-program sekolah. (dilibatkan/diundang sekolah untuk memajukan sekolah). Setiap Kegiatan orang tua siswa dilibatkan untuk mendukung dan merealisasikan program sekolah
  17. Sekolah memiliki program untuk mengembangkan keta’atan beragama dan perilaku toleransi bagi siswa. Untuk mengembangkan ketaatan beragama, sekolah mempunyai program sholat dhuha berjamaah, sholat dhuhur dan ashar berjamaah bagi yang full day.
  18. Sekolah mengembangkan kegiatan yang menumbuhkan nasionalisme (misalnya Upacara Bendera, Perayaan kemerdekaan, dsb). Upacara dilakukan setiap hari senin dan hari kemerdekaan.
  19. Sekolah mengembangkan program pramuka untuk menumbuhkan sikap dan nilai-nilai kemandirian dan gotong royong. Kegiatan pramuka diadakan setiap hari jum’at atau sabtu.
  20. Seluruh sarana dan prasarana yang ada di sekolah sudah dimanfaatkan dengan baik (Misalnya: Lapangan olah raga dalam kondisi baik, alat-alat olah raga terawat, alat-alat kesenian lengkap dan sering digunakan, dsb). Sarana dan prasarana digunakan untuk kegiatan siswa. Sekolah banyak memasang media cetak maupun elektronik yang menginformasikan segala hal tentang sekolah. (Misalnya : Papan Sekolah terpampang jelas, ada spanduk, bulletin, poster, mading sekolah, dsb).
    Media informasi dipasang di depan kelas berupa papan infomasi, mading dan foster

Hasil Evaluasi Program PPK Jenjang SMP

Rekapitulasi Hasil Wawancara

Identifikasi potensi lingkungan sosial budaya (gotong royong,
agamis, seni, agraris, dan sejenisnya) di luar sekolah yang mendukung PPK. Potensi lingkungan sosial budaya cukup baik namun belum sepenuhnya dimanfaatkan sekolah untuk mendukung PPK. Potensi SDM (seniman, ulama, tokoh adat, wirausahawan, dan sejenisnya) yang ada di lingkungan sekolah. Ulama dan tokoh adat serta wira usaha memiliki potensi besar untuk dijadikan pendukung PPK

Identifikasi pesan-pesan moral, kearifan lokal dan sejenisnya yang ada di masyarakat yang mendukung implementasi PPK. Kearifan lokal sangat potensial mendukung program PPK, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal

Identifikasi dukungan para pemangku kepentingan (dunia usaha/dunia industri, pemerintah daerah, lembaga keagamaan, dan komunitas lainnya) terhadap implementasi PPK. Implementasi PPK baru didukung pemerintah dan lembaga keagamaan.

Identifikasi potensi sumber pembiayaan (finansial, tenaga, sarana, bahan, dan lain-lain) dari masyarakat. Potensi sumber pembiayaan cukup baik namun sekolah belum bersinergi secara maksimal.

Hasil Observasi Lingkungan

Sekolah menyediakan ekstrakurikuler untuk menampung bakat dan minat siswa. Sebagian besar sekolah sudah menyiapkan ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakat peserta didik

Siswa mengetahui apa yang disebut dengan Program PPK (Penguatan Pendidikan Karakter). Program PPK sudah disosialisasikan dan diketahui peserta didik.

Sekolah memiliki peraturan/tata tertib bagi seluruh warga sekolah Peraturan/tata tertib sudah dimiliki sekolah.

Setiap pelanggaran mendapatkan sanksi yang tegas dan adil Setiap pelanggaran mendapatkan sanksi berdasar jenis pelanggaran yang dilakukan peserta didik.

Siswa yang berprestasi mendapatkan penghargaan dari sekolah Peserta didik yang berprestasi dalam perlombaan di tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi mendapatkan penghargaan sesuai dengan kemampuan sekolah. Sementara peserta didik yang berprestasi dalam bidang akademik mendapatkan penghargaan berupa beasiswa dan piala.

Budaya mencontek di dalam kelas. Hampir sebagian besar sekolah yang menjadi piloting PPK menyatakan tidak ada budaya menyontek di sekolah.

Guru memberikan layanan bagi siswa yang berkebutuhan khusus. Siswa yang berkebutuhan khusus dilayani sesuai dengan kebutuhannya.

Sekolah memiliki program yang mengembangkan potensi fisik, potensi akal, potensi rasa (seni) dan hati secara seimbang. Potensi fisik dikembangkan dengan berbagai ekstrakurikuler olah raga. Potensi akal dikembangkan melalui bimbingan belajar. Sementara potensi rasa dikembangkan melalui kesenian baik seni rupa maupun seni musik dan seni tari.

Proses pembelajaran juga dilakukan di luar kelas di lingkungan sekolah (Perpustakaan, taman, museum, dsb). Kegiatan belajar mengajar memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

Sekolah memiliki program unggulan yang dilaksanakan di dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas secara rutin. Program-program unggulan di antaranya: bahasa inggris, olah raga futsal, dan computer.

11 Sekolah memiliki kegiatan pembiasaan yang rutin dilaksanakan (misalnya gerakan sholat dhuha, memungut sampah sebelum kelas dimulai, dsb). Kegiatan pembiasaan di antaranya: shalat berjamaah, buang sampah pada tempatnya, upacara bendera, jumat bersih, dan lain sebagainya.

Sekolah memiliki program ekstrakulikuler. Program ekstrakurikuler dimiliki oleh masing-masng sekolah yang menjadi piloting PPK.

13 Guru mengaitkan isi materi pembelajaran dengan persoalan kehidupan sehari-hari. Guru senantiasa mengaitkan materi pembelajaran dengan persoalan kehidupan sehari-hari.

14 Guru memberi siswa keterampilan sesuai dengan lingkungan sekitar. (Misalnya: Keterampilan membuat jaring ikan, bagi siswa di lingkungan nelayan. Keterampilan bahasa inggris, bagi siswa di lingkungan wisata untuk menjadi pemandu wisata, dsb). Guru senantiasa memberikan bekal pada siswa sesuai dengan lingkungannya.

Sekolah sering mendatangkan pihak-pihak luar untuk meningkatkan kegiatan sekolah (Misalnya mendatangkan tokoh ulama sekitar untuk perayaan hari besar, mendatangkan tokoh kesenian budaya setempat, dsb). Mendatangkan ulama (ustadz) dalam peringatan hari besar agama atau mendatangkan pihak kepokisian yang berhubungan dengan kenakalan remaja.

16 Orangtua siswa dilibatkan dalam program-program sekolah. (dilibatkan/ diundang sekolah untuk memajukan sekolah). Setiap Kegiatan orang tua siswa dilibatkan untuk mendukung dan merealisasikan program sekolah.

Sekolah memiliki program untuk mengembangkan keta’atan beragama dan perilaku toleransi bagi siswa. Untuk mengembangkan ketaatan beragama, sekolah mempunyai program sholat dhuhur dan ashar berjamaah.

18 Sekolah mengembangkan kegiatan yang menumbuhkan nasionalisme. (misalnya Upacara Bendera, Perayaan kemerdekaan, dsb). Upacara dilakukan setiap hari senin dan hari kemerdekaan

19 Sekolah mengembangkan program pramuka untuk menumbuhkan sikap dan nilai-nilai kemandirian dan gotong royong. Kegiatan pramuka diadakan setiap hari jum’at atau sabtu

20 Seluruh sarana dan prasarana yang ada di sekolah sudah dimanfaatkan dengan baik (Misalnya: Lapangan olah raga dalam kondisi baik, alat-alat olah raga terawat, alat-alat kesenian lengkap dan sering digunakan, dsb). Saranadan prasarana digunakan untuk kegiatan siswa

Sekolah banyak memasang media cetak maupun elektronik yang menginformasikan segala hal tentang sekolah. (Misalnya : Papan Sekolah terpampang jelas, ada spanduk, bulletin, poster, mading sekolah, dsb).

Media informasi dipasang berupa papan informasi, mading dan foster.

Kesimpulan Hasil Evaluasi PPK

Secara umum PPK sudah sangat istimewa dan menjadi perhatian sekolah, ditunjukkan dengan pengukuran hasil instrumen menunjukkan hasil positif bahwa PPK sudah menjadi kebiasaan ;

Tim asistensi dan pengawas pembina belum terlihat perannya, hasil wawancara hanya menunjukkan opini terhadap setiap pertanyaan dalam instrumen, belum menunjukkan real activity yang sudah dikerjakan oleh tim, di samping itu hasil wawancara pun menggambarkan bahwa lingkungan sangat potensial untuk mendukung program PPK tetapi hal ini belum dimanfaatkan secara maksimal Konfirmasi jawaban responden berdasarkan hasil observasi lingkungan menunjukkan bahwa pada dasarnya sekolah sudah menjalankan
program PPK dengan baik.

Rekomendasi

Satuan Pendidikan

Satuan pendidikan sebaiknya memanfaatkan potensi lingkungan sehingga program PPK dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

Dinas pendidikan kabupaten/kota sebaiknya memberikan perhatian penuh terhadap program PPK melalui sosialisasi, pembinaan dan kerja sama dengan berbagai pihak dan masyarakat LPMP

LPMP sebagai kepanjangtanganan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebaiknya memberikan pembinaan secara berkesinambungan dan memfasilitasi berbagai
kebutuhan informasi mengenai PPK bagi satuan pendidikan. (Penulis adalah salah satu Kasi LPMP Jawa Barat)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here