Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah

PENDIDIKAN karakter merupakan pendidikan sepanjang hayat yang memerlukan keteladan dan sentuhan dari sejak usia dini sampai dewasa. Karakter merupakan proses perkembangan individu yang berkelanjutan berlangsung terus menerus dan tidak pernah berhenti (never ending process) selama manusia hidup dan selama sebuah bangsa ada. Rutland (2009, hlm.1) mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa latin yang artinya “dipahat”. Karakter ibarat memahat atau mengukir, memberikan sentuhan agar objek yang diukir menjadi sebuah mahakarya yang memiliki nilai lebih dan ciri khas.

Secara harfiah karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, dan reputasi (Hornby dan Parnwell, 1972, hlm.49). Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak atau mempunyai kepribadian (Kamisa, 1997, hlm.281). Menurut Hermawan Kertajaya (2010, hlm.3), karakter adalah ciri khas yang dimiliki suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana individu bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu. Ciri khas ini akan diingat oleh orang lain yang menentukan suka atau tidak sukanya mereka terhadap individu. Karakter menjadikan individu mencapai perkembangan yang konsisten, integritas, dan berenergi secara berkesinambungan.

Pendidikan karakter bukan merupakan gagasan baru. Sepanjang sejarah di seluruh dunia, pendidikan memiliki dua tujuan utama, yaitu membantu peserta didik menjadi cerdas, dan membantu mereka menjadi baik. Peserta didik memerlukan kekuatan karakter untuk mencapai dua hal tersebut, diantaranya etos kerja yang kuat, disiplin diri, dan ketekunan untuk sukses di sekolah dan kehidupannya.
Pendidikan karakter bersifat multi level dan multi channel yang pembentukannya memerlukan keteladanan, perilaku nyata dalam seting kehidupan otentik, dan tidak bisa dibentuk secara instan. Dengan demikian, pendidikan karakter harus merupakan gerakan moral yang dilakukan secara holistik, berlangsung level demi level sesuai dengan tingkat perkembangan individu, dan melibatkan berbagai pihak dalam seting yang berlangsung secara alamiah.
Pendidikan karakter bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah. Periode yang paling utama dan menentukan dalam pendidikan karakter adalah orang tua. Pola asuh orang tua (Parenting style) merupakan faktor yang sangat signifikan dalam pembentukan karakter. Anak akan mendapatkan pendidikan karakter dari orang tua sebagai pendidik di rumah dan guru sebagai pendidik di sekolah. Dengan demikian, pendidikan karakter akan berlangsung secara optimal manakala terbangun kemitraan yang kuat antara orang tua dan seluruh komunitas sekolah. Kemitraan ini terwujud dalam lembaga/badan mandiri yang disebut dengan Komite Sekolah yang memiliki peranan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana, dan prasarana serta pengawasan pada tingkat satuan pendidikan.

Peran komite sekolah dalam meningkatkan penguatan pendidikan karakter diwujudkan dalam bentuk partisipasi dari seluruh komponen pendidikan (yayasan, kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua/wali, masyarakat, dan institusi pendidikan) berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai dalam proses pendidikan di sekolah. Tujuan sekolah pada hakikatnya adalah tujuan pendidikan secara nasional yaitu (1) membentuk manusia yang bertaqwa, berbudi pekerti dan berkepribadian, (2) disiplin, bekerja keras, bertanggung jawab serta mandiri, (3) cerdas dan terampil, (4) sehat jasmani dan rohani, (5) cinta tanah air dan mempunyai semangat kebangsaan serta kesetiakawanan sosial.

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) perlu dirancang oleh sekolah untuk pengembangan nilai-nilai karakter dalam berbagai program kegiatan yang melibatkan orang tua dan masyarakat. Program dapat direalisasikan dalam bentuk kegiatan:

Komunikasi

Kegiatan komunikasi dimaksudkan sebagai salah satu cara bagi sekolah untuk meningkatkan terciptanya komunikasi timbal balik atau komunikasi dua arah (two-way communication) yang berkaitan dengan program sekolah dalam meningkatkan hasil belajar, karakter anak serta kemajuan yang dicapai sekolah dan kemajuan/prestasi yang dicapai oleh peserta didik. Komunikasi dilakukan dengan cara dari sekolah ke rumah atau sebaliknya. Komunikasi dilakukan melalui surat, whatsapp, e-mail, SMS, dan sebagainya.

Parenting

Parenting merupakan kegiatan yang diprogramkan sekolah untuk meningkatkan pengetahuan keluarga/orang tua peserta didik atau masyarakat tentang perkembangan anak hingga dewasa. Parenting dilakukan melalui kegiatan diskusi, ceramah, seminar dan lain-lain kegitan yang berkaitan dengan topik yang tepat. Topik diberikan oleh narasumber yang kompeten agar orang tua merasa puas setelah mendapatkan informasi.

Relawan

Kegiatan sukarela orang tua yang dapat membagi waktu dan bakatnya untuk mendukung aktivitas sekolah, aktivitas guru, dan peserta didik.

Pengambilan Keputusan

Kegiatan pengambilan keputusan memberikan kesempatan kepada orang tua dan masyarakat untuk terlibat dalam proses pembuatan keputusan di sekolah yang berkaitan dengan program sekolah, misalnya wisata pendidikan, pentas seni, dll.

Kolaborasi

Kolaborasi merupakan aktivitas kerjasama timbal balik antara sekolah, kelompok masyarakat, organisasi-organisasi serta tokoh masyarakat. Kolaborasi bertujuan untuk membantu sekolah, pendidik, peserta didik dan orang tua dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Belajar di Rumah

Merupakan kegiatan yang dirancang oleh sekolah untuk menyediakan informasi kepada orang tua tentang cara membantu anak dalam (a) menciptakan kebiasaan jadwal dan budaya belajar yang baik ketika anak berada di rumah, (b) dukungan dan bimbingan akademik, (c) Stimulasi untuk mengembangkan gagasan anak, (d) pengembangan bahasa yang baik dan benar, serta penggunaan bahasa ibu. (e) aspirasi dan harapan.

Kerja keras dan kejujuran yang terbangun atas kesadaran membutuhkan pengakuan dan penghargaan sebagai penguatan pendidikan karakter agar anak dapat memahami dan menghargai potensi diri yang dimilikinya.

REFERENSI
Hermawan Kertajaya. (2010). Grow with Character : The Model Marketing. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hornby, A.S dan Parnwell, E.C. (1972). Learner’s Dictionary. Kuala Lumpur : Oxford University Press.
Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Kartika.
Rutland, Mark. (2009). Karakter Itu Penting. Terjemahan Ly Yen. Jakarta : Light Publishing.

(Penulis, Dr. Linna Nurwulan Apriany, M.Pd. – Kepala SD Al Mabrur, Baleendah dan Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd – Guru Besar UPI dan Ketua Dewan Pendidikan Kab. Bandung. Materi ini disampaikan pada Saresehan “Penguatan Komite Sekolah Dalam Pendidikan Karakter, yang diselenggarakan Dewan Pendidikan Kab. Bandung di SMAN Baleendah).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here